KELABU
Ada perasaan berkecamuk dalam
dada, entah rasa resah yang singgah, kecewa yang meledak, atau sakit hati yang
terbenam dan terbuka kembali..
Aku bukan sebuah keset yang
selalu ada untuk kamu injak-injak,Kehadiranku disini bukan untuk kau diamkan
seolah boneka porcelain yang tetap berdiri tegak di sebuah etalase toko yang
pasrah saja diapakan pemiliknya.
Raga ini memang terlihat kokoh
berdiri meskipun jiwa dan hatinya telah rusak oleh sebuah kejadian yang sama
sekali tidak pernah dibayangkan akan terjadi.
Aku marah, aku kesal namun aku
tidak mendendam.
Aku hanya bertanya, apa sejahat
ini namanya sakit hati? Ketika hatimu mulai terbentuk kembali utuh dengan angan
dan harapan manis selama beberapa tahun ini, kembali tergores dan terbentuk sebuah
lubang yang dibiarkan menganga kembali tanpa kau tambal apalagi kau obati.
Kau bilang aku prioritasmu. Kau bilang perasaan sayang dan cinta yang kau miliki hanya untukku.
Lantas apa yang kau pikirkan ketika dengan mudahnya kamu mengatakan rasa rindu terhadap seorang gadis lain yang bukan kekasihmu sendiri?
Apa yang kau pikirkan ketika aku baru mengetahuinya sebulan kemudian? Melalui seseorang yang bisa dikatakan siperantara
Yang aku kecewa karena bukan dirimu, maupun orang itu yang mengatakannya. Melainkan si perantara yang menghempas kabar yang sulit sekali aku terima. Sebuah bukti yang menunjukan obrolan mesramu dengan gadis lain yang bukan aku. Sebuah kata-kata rindu. Apa aku tidak boleh marah padamu? Apa aku harus diam dalam sunyi? Diam dalam isak tangis saat raga ini melemah oleh sebuah penyakit.
Yang bisa aku lakukan sekarang
hanya menulis. Karena aku percaya, melalui sebuah tulisan kamu belajar banyak
hal. Mengerti apa yang tidak pernah kamu rasakan, mengerti akan arti dari
sebuah perasaan yang tak pernah bisa tersampaikan oleh mulut yang berbicara.
Karena menulis juga mengingatkan mu akan sebuah kejadian yang memilukan namun luput dari ingatan. Karena
ingatan tidak selamanya bertahan lama.
Melalui sebuah tulisan ini, aku ingin kamu mengerti.. betapa beratnya kondisiku saat ini. Bertahan dengan sebuah harapan bahwa kau yang disana masih menaruh perasaan dan keinginan untuk tetap bersamaku menyongsong hidup yang akan datang seperti yang telah kita rencanakan.
Aku tidak ingin kamu terpuruk dengan ucapan yang memilukan, yang keluar dari bibirku, dan yang tak pernah sama sekali kau harapkan..
Aku hanya ingin kamu mengerti.. rasa sesak bercampur pilu dan kegundahan melanda kekasihmu saat ini.
Sincerely yours :)
Komentar
Posting Komentar